Berapa banyak group yang dimiliki untuk membicarakan sesuatu? Sepertinya hampir semua orang punya group atau seseorang yang klik untuk share segala hal terutama hot news. Paling hot tetep batalnya perceraian andin dan mas al dalam serial sinetron terbaru yang sedang digandrungi emak-emak. Saya cukup shock dengan energi yang cukup besar yang keluar dari emak-emak dalam menyambut sinetron ini. Saya dapat jamin bapak-bapak yang nobar pertandingan bola sampai minder melihat reaksi mereka.
Saya sendiri belum pernah menonton serialnya karena jarang atau bahkan hampir tidak pernah menonton TV. Kalau melihat vibesnya dalam nonton bareng saya teringat jaman TV masih hitam putih dan diantara para tetangga hanya kakek saya yang memiliki TV. Apa yang terjadi? Tiap malam tetangga berkumpul ke rumah kakek dan nonton bareng. Vibes seperti itu muncul lagi pada serial terbaru ikatan cinta ini. In other hand hal tersebut bagus dalam mengontrol orang untuk keluar. Jangan lupa protokol kesehatannya ya kalau nobar.
Balik ke alasan julid, kenapa wanita suka julid atau membicarakan orang lain? Not to mention agama namun banyak hal yang entah kenapa kalau para wanita berkumpul akan jadi bahan untuk dibicarakan. Akhir-akhir ini berita tentang publik figur yang cerai santer beredar, topik ini pun menjadi obrolan para wanita mengarah ke julid. Namun julid ini tidak melulu hal negatif, bisa juga hal positif.
Kemudian julid tidak melulu tentang publik figur namun dapat berupa tanggapan politik dan lainnya. Misalnya peristiwa cerai yang belakangan menjadi topik hangat, maka yang dibicarakan bukan personalnya namun bagaimana kami menanggapi hal tersebut. Bagaimana sikap kami ketika sudah berkeluarga, bagaimana kami harus mempublikasi sesuatu, bagaimana kami harus meminimalkan ego, bagaimana membuat segala sesuatu menjadi seapa adanya dan lainnya.
Para warga Twitter menyebutnya “dari X kita belajar...”.
Saya menyetujui bahwa segala sesuatu yang terjadi pada orang lain atau pada kita dapat menjadi pembelajaran berharga di masa depan. Hal yang paling disoroti dalam peristiwa perceraian beberapa waktu belakang adalah interaksi media sosial. Salahkah tidak publikasi hal yang menurut mereka sedih sehingga tidak layak untuk dipublikasikan? Tentu jawabannya tidak.
Kita berhak melakukan publikasi dalam bentuk atau rupa apapun ke khalayak umum. Bagaimana respon mereka merupakan hal yang tidak dapat kita kontrol. Kalaupun media sosial tidak mencerminkan kehidupan aslinya ya terserah individu itu sendiri. Semua orang memiliki pilihan atas apa yang mau dilakukan. Banyaknya topik yang saling terkait ini menjadikan para wanita semangat untuk mencari tahu dan akhirnya menemukan benang merah atas sebuah peristiwa, jadi sudah julid apa hari ini?
0 thoughts:
Post a Comment