Dulu saya memiliki sahabat yang memelihara banyak kucing. Hal tersebut disebabkan oleh orang tua dari sahabat saya ini merupakan dokter hewan. Jadi tidak kaget lagi kalau banyak kucing di rumahnya. Yang lucu itu kalau misalnya kita sekelas ada tugas kelompok dan memilih rumah sahabat saya sebagai tempat untuk belajar kelompok.
Ada banyak karakter manusia ketika berhadapan dengan kucing. Jadi ketika membuka pintu ruang tamu, ada kucing yang menghampiri kami. Kemungkinan karena kaget atau dengan senang hati menyambut kami makanya langsung lari menghampiri kami. Bisa menebak apa yang terjadi? Teman saya dengan secepat kilat langsung naik keatas kursi dan kami seketika langsung tertawa melihat kelakuannya.
Nah karena saking banyaknya kucingnya sahabat saya ini, saya
ditawarin kucing ras untuk saya rawat. Reaksi saya saat itu dengan senang hati menerima
tawarannya. Soalnya bawaannya gemas gitu kalau liat kelakuan mereka. Perasaan senang
ketika memberikan mereka makanan dan mereka merasa kekenyangan kemudian
menggeliat dengan perut penuh dan mulai memejamkan matanya. Pernah kepikiran
pengen hidup kaya kucing ga sih? Makan, tidur, poop dan kembali ke aktifitas
pertama dan begitu terus terjadi berulang setiap hari.
Setelah menerima tawaran untuk mengadopsi kucingnya, saya
izin lah ke mami saya. Sadly, mami tidak mengizinkan saya membawa pulang kucing
dengan alasan apapun. Padahal kapan lagi kan ya dapat kucing ras secara
cuma-cuma. Mami saat itu mikirnya saya tidak memiliki edukasi yang baik tentangcara merawat anak kucing. Bagaimana bisa seseorang merawat kucing ketika tidak
memiliki edukasi tentang cara merawat anak kucing yang benar. Daripada nanti
kucingnya tersiksa dan mati malah tidak menyelesaikan masalah. Berhubung alasan
yang diutarakan mami saya benar akhirnya saya menyampaikan bahwa saya tidak
jadi mengadopsi anak kucing sahabat saya. Sedih sih tapi beberapa tahun yang
lalu saya diingatkan dengan peristiwa ini.
Teman saya cerita dia gemas sama kucing dan berniat untuk
memelihara kucing. Dengan semangat 45 dia pergi ke pasar binatang di Kota
Malang dan memilih satu bayi kucing ras berwarna hitam. Kucingnya lucu sekali
gitu. Kucingnya sangat lincah berlari kesana kemari dengan lebar petak kamar
kos yang tidak terlalu luas, si kucing bermain dengan riang. Pada suatu hari kebiasaan
riangnya itu menghilang. Kemudian karena khawatir akan keadaan kucingnya, teman
saya ini membawa kucingnya ke dokter hewan. Dokter hewan menyebutkan bahwa kucingnya
terkena virus di telinga kemudian diare berkepanjangan yang membuat dia lemas
dan ngedrop. Karena sakitnya tersebut bulu-bulu halusnya lama kelamaan mulai
rontok hingga akhirnya dia tidak bisa bertahan hidup lagi. Teman saya sangat
sedih dan berpikir bahwa karena motivasi pengen memelihara kucing tanpa edukasi
dia sudah membunuh satu anak kucing yang lucu. Seketika saya teringat nasihat
mami saat itu…
Nah setelah teman saya ini sedih berkepanjangan, dia rajin
membaca mengenai cara merawat anak kucing. Setelah dirasa cukup ilmunya, dia
mengadopsi kucing lagi hanya bedanya dia mengadopsi kucing yang sudah agak
besaran. Berikut merupakan cara merawat anak kucing yang tepat dari teman saya.
1. Buatlah senyaman mungkin
Mungkin anak kucingmu akan sedikit takut ketika kamu untuk
pertama kali menyisir bulu – bulunya. Bantu dia untuk lebih santai dengan
membiarkan dia bermain dengan sisir dan sikatnya – dia akan segera terbiasa.
Jangan lupa untuk memanjakan mereka dengan mengelus – elus dengan lembut –
terutama di bagian perut dan bagian yang sulit terjangkau – sehingga dia akan
merasa nyaman untuk melakukan sesi perawatannya denganmu.
2. Kebersihan bulu
Sebelum kamu menggunakan sisir dan sikat, mulailah dengan
membelainya terlebih dahulu. Sisirlah bulu – bulunya dari kepala sampai ke
ekor, ingat untuk lebih hati – hati ketika menyisir bagian kepala anak
kucingmu. Periksalah kondisi anak kucingmu mulai dari bulu dan kulitnya, dan
lihat apabila ada tanda – tanda kutu
atau parasit lainnya. Lalu sikat bulunya untuk menghilangkan rambut – rambut
mati.
Sisir rambut – rambut kusutnya dengan jari – jarimu dan
buang sebelum kamu benar – benar
melakukan perawatan terhadap anak kucingmu menggunakan sikat dan sisir. Jangan
khawatir – apabila kamu melakukan perawatan secara teratur, rambut anak
kucingmu tidak akan kusut. Jika anak kucingmu terlihat sedikit kotor? basahi
kain bersih ke dalam air hangat, peras dan bersihkan dia. Jangan menggunakan
sabun – karena akan membuat kulitnya iritasi.
3. Kebersihan mata dan telinga
Setelah selesai menyisirkan bulu – bulu anak kucingmu,
periksalah mata dan telinganya. Jika matanya sedikit berair, bersihkan dengan
menggunakan cotton bud yang telah dibasahi air hangat dengan hati – hati.
Gunakan cotton bud yang berbeda untuk setiap mata.
Jika telinga anak kucingmu sedikit kotor, bersihkan dengan
menggunakan cotton bud yang kering. Jangan membersihkan terlalu dalam, walaupun
kamu dapat melihat dengan jelas, atau menyodok sesuatu keras di dalam. Jika
kamu melihat banyak kotoran di dalam kupingnya dan berwarna sedikit lebih gelap
dari biasanya, tanyakan hal tersebut kepada dokter hewan.
4. Kesehatan gigi
Gigi anak kucingmu harus selalu bersih dan bebas dari endapan,
dan gusi harus berwarna merah muda untuk menandakan bahwa gigi anak kucingmu
sehat. Periksa mulutnya secara rutin sehingga mereka terbiasa – kebiasaan ini
dapat memudahkan mu untuk membersihkan giginya atau memberikan mereka obat di
hari selanjutnya.
0 thoughts:
Post a Comment